

Sejarah manusia dipenuhi dengan siklus pergi & kembali kepada Allah. Namun, di dalam semuanya itu, kita tidak pernah benar-benar ditinggalkan. Allah ada di dalam semuanya itu.


Injil yang pertama dan terutama adalah tentang Allah. Dosa tidak membuat Injil tercipta. Sebaliknya, dosa sekalipun tidak bisa menghalangi Injil Allah dinyatakan kepada seluruh ciptaan.


Ketika Allah menciptakan segala sesuatu sungguh amat baik, manusia lebih memilih keindahan versinya sendiri.


Kidung Agung Pertama dalam kehidupan manusia sudah dinyanyikan oleh manusia pertama kepada pasangannya. Pola relasi yang begitu indah nampak diperlihatkan Adam dan Hawa. Bahkan pola inilah yang nantinya didemonstrasikan Kristus bagi sang mempelai perempuan gereja-Nya.


Apa arti Sabat bagi kita saat ini? Dan apa arti Sabat sesungguhnya dari perspektif penciptaan?


Perkataan bukanlah sesuatu yang dapat dipandang remeh. Hidup kita dapat terasa sangat indah, dan sebaliknya juga menjadi sangat buruk, berdasarkan kata-kata tertentu yang kita dengar. Apa makna dan nilai penting dari kata-kata itu sebenarnya? Mengapa kata-kata begitu berkuasa? Dalam renungan ini, kita akan melihat makna dan signifikansi kata-kata, berdasarkan kenyataan bahwa Allah sendiri berkata-kata pada mulanya untuk mencipta dan memungkinkan terjadinya segala sesuatu.


Kej. 1 merupakan narasi penciptaan yang dikatakan bahwa segala sesuatunya amat sangat baik. Namun bagaimana jika saat mendengar narasi penciptaan ini sebenarnya ada beberapa hal yang menakutkan bagi orang Israel? Dengan kedaulatan Allah atas itu semua menjadikan narasi penciptaan merupakan bagi penghiburan bagi yang mengalami ketakutan.


Pada eps. pertama kali ini, kita diajak untuk berpikir bahwa kekosongan apa yang kita miliki saat ini? Narasi penciptaan sesungguhnya dapat menjadi titik berangkat pengharapan bagi manusia yang dekat dengan kekosongan itu untuk mendapatkan kepenuhan di dalam Allah. Bukankah pola yang demikian juga yang dipertontonkan Kristus dalam inkarnasi-Nya?


Sebagai orang percaya, kita erat dengan misi Allah. Namun tak jarang kita gagal berfokus pada misi-Nya. Dengan begitu, sudahkah kita kembali berfokus dan kembali mengerjakan misi Allah?


Mengapa pelayanan selalu identik dengan penderitaan? Dan bagaimana kita seharusnya melaluinya?


Apakah konsep panggilan bisa terpenuhi pada dirinya sendiri? Dalam renungan ini saya melihat ada satu faktor yang tidak boleh tidak ada ketika panggilan itu Tuhan berikan kepada kita.


Pernahkah kita merasa dalam perjalanan iman kita bahwa Allah kita belum menjadi ‘hidup’ untuk kita? Orang Atena pun pernah dan Paulus ingin mengundang kita melalui khotbahnya untuk merenungi Allah yang hidup.


Secercah ingatan muncul dalam benak Paulus ketika ia sedang berhadapan dengan Imam Besar. Rasanya, pengalaman ini bukan pengalaman yang baru baginya...


Kalau seandainya jalan cerita kita melayani Tuhan berarti penderitaan, masihkah kita mau menaatinya?


Seringkali tanpa kita sadari kita sedang menjinakkan peran Roh Kudus dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Spirit materialisme, kesuksesan, kenyamanan, dan hedonisme membentuk kerja the Holy Spirit tersebut. Namun apakah Alkitab berbicara demikian, secara khusus bagaimana Paulus dalam perjalanan misinya melihat peran Roh Kudus tersebut?


Salah satu halangan untuk pekabaran Injil adalah karena diri kita tidak tersedia (unavailable) untuk dipakai Tuhan. Bagaimana supaya bisa menjadi available untuk pekerjaan Injil?


Tatapan itu bisa melihat secercah anugerah di tengah kerapuhan dan kegelapan seseorang. Tatapan seperti apa yang kita miliki?


Kira-kira apa yang membedakan kiprah pelayanan gereja dalam narasi Kisah Para Rasul dengan gereja masa kini?


Sebutan kerajaan memberikan trauma bagi beberapa orang. Kata tersebut bernuansa tiranikal, hegemoni, dan terlintas bayangan penindasan. Rasanya tidak asing untuk kita lihat baik dari pelajaran sejarah hingga berita-berita aktual masa kini. Masalahnya, Yesus sendiri menggunakan kata kerajaan untuk menggambarkan pemerintahan-Nya. Apa yang Kerajaan Allah dapat katakan bagi kerajaan dunia?


Dia adalah Allah yang menemukan kita sebelum kita menemukan Dia. Dia menemukan kita di mana kita berada. Saat ini, disini.


Kisah Para Rasul 5 memberikan satu perspektif yang menarik mengenai kebahagiaan/sukacita. Bagaimana motif sukacita dalam tulisan Lukas di pasal ini dapat mengevaluasi narasi "American Dream" yang menjadi pengejaran sukacita masyarakat masa modern ini?


Apa artinya ketika mengatakan kita "dipenuhi" oleh Roh Kudus?


Kita seringkali terlalu lama memandang ke langit, mencoba mengontrol masa depan, tetapi lupa untuk menghidupi kekinian bersama dengan Allah yang diam dalam kita.


Obrolan santai dari para admin dalam mensharingkan perenungan terhadap kitab nabi-nabi kecil. Semoga bisa menjadi berkat buat setiap pendengar!


Bangsa Yehuda pasca-pembuangan Babel mengalami masalah secara khusus dalam disiplin mereka dalam perpuluhan. Apa yang sesungguhnya dipermasalahkan dari keengganan mereka memberikan perpuluhan? Apakah hanya sekedar masalah finansial atau ada yang lebih di balik itu?


Kasih Allah adalah kasih yang berbobot, dan ketidaktahuan kita adalah dosa terbesar yang pernah kita lakukan sebagai umat-Nya.


Ada dua jenis krisis di dalam kehidupan manusia. Krisis karena hidup di dalam dosa, atau krisis karena menanggung kesaksian Injil. Krisis mana yang sedang kita alami sekarang?


Seorang yang hidup adalah seorang yang berharap. Di saat situasi tidak menentu, kita diajak untuk bermimpi dan hidup menerima janji Allah.


Jangan biarkan kondisi krisis membuat kita terlena dan mengabaikan pembangunan rumah Allah!


Dalam eps kali ini Pdt. Titus Christianto akan memberi perenungannya dari kitab Zefanya mengenai hari Tuhan dan kaitannya terhadap kesempatan kedua.